Friday 12 September 2014

Belajar Lelaku Puasa dan Ngelmu dari Serat Wedharaga

Belajar Lelaku Puasa dan Ngelmu dari Serat Wedharaga

BULAN Ramadan adalah bulan penuh hikmah bagi siapa yang bisa mengambil pelajaran. Yang dimaksud dengan pelajaran adalah dalam laku puasa yang biasa dilaksanakan pada bulan Ramadan. Di dalam laku puasa, terdapat beraneka hikmah dan ilmu yang bisa dipetik. Lelaku puasa itu pun juga diajarkan dalam ilmu Jawa.

Salah satu serat yang menyatakan pentingnya puasa dan hikmah yang terkandung di dalamnya adalah lewat serat Wedharaga. Disebut serat Wedharaga karena serat ini lebih menitik-beratkan pada latihan ragawi, salah satunya adalah dengan lelaku puasa. Apa saja isi dari serat Wedharaga yang berkaitan dengan puasa dan kewajiban kaum muda untuk mencari ilmu tersebut?

Serat Wedharaga


Pupuh Gambuh

Mangkene patrapipun
Wiwit anem amandenga laku
Ngengurangi pangan turu sawatawis
Amekak hawa nepsu
Dhasarana andhap asor.

Makanya yang tepat
Sejak muda saatnya untuk lelaku
Mengurangi makan tidur sementara
Menahan hawa nafsu
Dengan didasari sifat sopan santun

Akanthi awas emut
Aja tingal weweka ing kalbu
Mituhua wewaruh kang makolehi
Den taberi anggeguru, aja isin tetakon.

Oleh karena itu harus diingat
Jangan meninggalkan kalbu
Carilah ilmu yang bermanfaat
Kalau perlu bergurulah, jangan malu bertanya

Wong amarsudi kaweruh
Tetirona ing reh kang rahayu
Aja kesed sungkanan sabarang kardi
Sakadare anggenipun
Nimpeni kagunganing wong.

Orang mencari ilmu
Carilah ilmu keselamatan
Janganlah malas dan malu untuk mengupayakan
Sekedarnya untuk
Mendapatkan (ilmu) milik orang

Tinimbang lan angenganggur
Boya becik ipil-ipil kaweruh
Angger datan ewan panasaten sayekti
Kawignyane wuwuh-wuwuh
Wekasan kasub kinaot.

Daripada menganggur
Lebih baik mencari ilmu
Asalkan tidak malu nasehat sejati
Hingga penuh ilmu
Akhirnya nanti berguna

Lamun wus sarwa putus
Kapinteran sinimpen ing pungkur
Bodhonira katakokna ing ngarsa yekti,
Gampang traping tindak tanduk
Amawas pambekaning wong.

Jika sudah memiliki kepandaian
Simpanlah kepandaian itu
Perlihatkanlah kebodohan,
Itu akan mempermudah dalam bertindak tanduk
Memahami sikap orang lain.

Ilmu Jawa (Njowo)

Yang disebut ilmu Jawa atau biasa disebut Njowo adalah ilmu yang tidak mengenal permusuhan. Yang diajarkan dalam ilmu itu adalah cinta kasih sesama makhluk ALLAH. Jawa sendiri memiliki arti mengerti. Jadi jika belajar ilmu Jawa maka harus mengerti dan memahami tentang manusia sebagai titah sempurna yang ada di jagad raya ini. Manusia di dunia ini tidak dapat hidup sendirian dan perlu ada penopang lainnya seperti binatang dan tumbuhan. Artinya, manusia harus mampu menyatu dengan manusia lainnya karena pada hakekatnya manusia itu satu (Semua adalah anak Adam dan Hawa).

Disamping itu, manusia itu juga harus menjaga keseimbangan lingkungannya bersama tumbuhan dan hewan yang ada. Karena pada hakekatnya, tumbuhan dan binatang tersebut diciptakan ALLAH semuanya demi kemuliaan manusia itu sendiri.

Jadi, ilmu Njowo itu adalah ilmu yang tidak menyakiti sesamanya, justru malah harus welas asih dan senantiasa menjaga bumi tempat kita berpijak ini. Memayu Hayuning Bawono (mempercantik bumi tempat kita tinggal ini).

Lelaku Panembahan Senopati (Tokoh Jawa)


Lelaku Panembahan Senopati

 
TANAH JAWA memiliki banyak sosok tokoh yang bisa diteladani. Yang dimaksud diambil keteladannannya adalah dalam hal olah spiritual. Seperti halnya sosok Raja Mataram Islam pertama yakni Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati.

Sebagai seorang raja, Panembahan Senopati yang hidup di lingkup istana, tak lalai dalam mengasah olah rasa dan tapa brata. Dalam berbagai kesempatan beliau senantiasa menyempatkan diri untuk mencuri waktu dalam kesendirian dan lelaku.

Semua lelaku tersebut tertuang dalam serat Wedhatama yang berbunyi

Nulada laku utama
tumraping wong tanah Jawi
Wong Agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senopati
Kapati amarsudi
Sudaning hawa lan nepsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siang ratri
Amemangun karyenak tyasing sasama


Mencontoh laku yang baik
terhadap orang tanah Jawa
Tokoh besar di Ngeksiganda
Panembahan Senopati
berusaha dengan sungguh-sungguh
mengurangi hawa dan nafsu
dengan cara bertapa
yang dilakukan siang dan malam
mewujudkan perasaan senang bagi sesamanya.

Samangsane pasamuan
mamangun marta martani
sinambi ing saben mangsa
kalakalaning ngasepi
Lelana teki-teki
Nggayuh geyonganing kayun
Kayungyun eninging tyas
Sanityasa pinrihatin
Pungguh panggah cegah dhahar lawan nendra


Ketika berada dalam pertemuan
membahas sesuatu dengan kerendahan hati
dan pada setiap kesempatan
Sekali-sekali menyepi
berkelana kemana-mana
Berusaha mengambil yang hakiki
Dalam keheningan batinnya
Dengan senantiasa berprihatin
Dengan cara mengurangi makan dan tidur

Saben mendra saking wisma
Lelana laladan sepi
Ngisep sepuhing sopana
Mrih pana pranaweng kapti
Tis-tising tyas marsudi
Mardawaning budya tulus
Mesu reh kasudarman
neng tepining jalanidhi
Sruning brata kataman wahyu dyatmika


Setiap keluar rumah
Selalu berkelana mencari tempat sepi
dengan tujuan meresapi ilmu sepuh
agar mengerti tiap-tiap tingkatan ilmu dan maknanya
ketajaman hati dimanfaatkan untuk menempa jiwa
untuk mendapatkan budi pikiran yang tulus
dengan bertapa dan mengharapkan wahyu suci

Dari tiga cuplikan serat tersebut, kita bisa belajar dari lelaku dan olahrasa yang telah dicontohkan Panembahan Senopati. Hal yang patut dicatat, bahwa meski Panembahan Senopati sebagai Raja yang bergelimang dengan kenikmatan dunia, tetapi beliau tidak pernah tergoda dan senantiasa lelaku guna seluruh rakyat dan keturunannya.

Berbeda dengan kita yang hidup di dunia modern saat ini. Ketika kita bergelimang harta benda, justru kita malah melupakan yang hakiki dan kita cenderung justru terjerat dalam kenikmatan tersebut. Maka dari itu, alangkah baiknya kita mengkaji lagi lelaku dari hal yang telah dilakukan Panembahan Senopati itu.

Penjelasan Mengenai Shirathal Mustaqim



Telah tersebut sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad, An-Nasaa’iy dan At-Tirmidziy dengan sanadnya masing-masing hingga An-Nawwaas bin Sam’aan radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا وَلَا تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ قَالَ وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ وَالسُّورَانِ حُدُودُ اللَّهِ تَعَالَى وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ تَعَالَى وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالدَّاعِي فَوْقَ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ

“Allah memberikan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, “Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam Shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari!”

Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, “Celaka kau! Janganlah sekali-kali membukanya! Karena jika kau membukanya maka kau akan masuk kedalamnya.”

Ash-Shirath itu adalah Al-Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan Shirath itu adalah Kitabullah (Al-Qur`an) ‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas Shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.”

Memohon dijauhkan dari berbagai dosa sebagaimana jauhnya timur dan barat



اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّ قَلْبِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ




Allaahummagh sil khataayaaya bimaa’its tsalji wal baradi, wa naqqi qalbiy minal khataayaaya kamaa naqqaitats tsaubal abyadha minad danasi, wa baa’id bainiy wa baina khataayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghribi.

Ya Allah, bersihkanlah dosa-dosaku dengan salju dan embun, sucikanlah hatiku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau sucikan pakaian putih dari kotoran, dan jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana Kau jauhkan timur dengan barat.

Memohon kelurusan dalam suatu perkara dan berlindung dari keburukan diri

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي
Allaahummagh firliy dzanbiy wa khatha’iy wa ‘amdiy.
Ya Allah, ampunilah dosaku, kekeliruanku dan kesengajaanku.


اللَّهُمَّ أَسْتَهْدِيكَ لِأَرْشَدِ أَمْرِي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي


Allaahumma astahdiika li arsyadi amriy, wa a’udzuubika min syarri nafsiy.


Ya Allah, aku memohon petunjukMu kepada perkaraku yang lurus, dan aku berlindung kepadaMu dari keburukan diriku.

Memohon perlindungan dari berbagai tipu daya syaithan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْثِهِ، وَنَفْخِهِ “، فَهَمْزُهُ: الْمُوتَةُ، وَنَفْثُهُ: الشِّعْرُ، وَنَفْخُهُ: الْكِبْرُ
Allaahumma inniy a’uudzubika minasy syaithaani, min hamzihi wa naftsihi wa nafkhihi.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari syaithan, dari bisikannya, ludahnya dan tiupannya. Bisikannya adalah kegilaan, ludahnya adalah sya’ir dan tiupannya adalah kesombongan.

Memohon perlindungan dari empat hal

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْأَرْبَعِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ
Allaahumma inniy a’uudzubika minal arba’, min ‘ilmin laa yanfa’u wa min qalbin laa yakhsya’u wa min nafsin laa tasyba’u wa min du’aa’in laa yusma’u.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari empat hal, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak didengar.

Memohon perlindungan dari kesurupan syaithan ketika sekarat dan mati terbunuh di jalan Allah dalam keadaan melarikan diri



اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ، وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا

Allaahumma inniy a’uudzubika minal hadmi, wa a’uudzubika minat taraddiy, wa a’udzuubika minal gharaqi wal haraqi wal harami, wa a’udzuubika an yatakhabbathaniy asy-syaithaanu ‘indal mauta, wa a’udzuubika an amuuta fiy sabiilika mudbiiran, wa a’udzuubika an amuuta ladiighan.
Ya Allah, sesungguhnya aku belindung kepadaMu dari kehancuran, dan aku berlindung kepadaMu dari kebinasaan, dan aku berlindung kepadaMu dari tenggelam, terbakar dan kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari dirasuki syaithan ketika sekarat, dan aku berlindung kepadaMu dari mati di jalanMu dalam keadaan melarikan diri, dan aku berlindung kepadaMu dari hewan berbisa.

Memohon perlindungan dari siksa kubur dan fitnah Dajjal



اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allaahumma inniy a’udzubika min ‘adzaabil qabr, wa a’udzubika min fitnatil masiihid dajjaal, wa a’udzubika min fitnatil mahyaa wa fitnatil mamaat. Allaahumma inniy a’udzubika minal ma’tsami wal maghrami.
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ‘adzab kubur, dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal dan dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang.

Memohon perlindungan dari keburukan yang pernah dilakukan dan belum pernah dilakukan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
Allaahumma inniy a’uudzubika min syarri maa ‘amiltu wa min syarri maa lam a’mal.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan perkara yang pernah kulakukan dan dari keburukan perkara yang belum kulakukan.

Memohon perlindungan dari kefaqiran, kehinaan dan kezhaliman

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ


Allaahumma inniy a’uudzubika minal faqri wal qillati wadz dzillati, wa a’uudzubika an azhlima aw uzhlama.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefaqiran, kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung kepadaMu dari menzhalimi atau dizhalimi.

Memohon perlindungan dari penyakit-penyakit ganas

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئْ الْأَسْقَامِ
Allaahumma inniy a’uudzubika minal barashi wal junuuni wal judzaami, wa min sayyi’il asqaam .
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, penyakit gila, penyakit kusta dan dari penyakit yang buruk.

Memohon perlindungan dari pasangan yang buruk dan makar orang jahat



اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي، إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا



Allaahumma inniy a’uudzubika min jaaris suu’i, wa min zaujin tusyayyibuniy qablal masyiibi, wa min waladin yakuunu ‘alayya rabban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainahu taraaniy wa qalbuhu tar’aaniy, in ra’aa hasanata dafanahaa, wa idzaa ra’aa sayyi’ata adzaa’ahaa.

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang buruk, dari pasangan yang membuat rambutku memutih sebelum waktunya memutih, dari anak yang menjadi tuan bagiku, dari harta yang menjadi adzab bagiku, dari teman ahli makar yang matanya melihatku namun hatinya menjelekkanku, jika ia melihat kebaikan maka ia menyimpannya dan jika ia melihat keburukan maka ia menyebarkannya.

Memohon perlindungan dari hari yang buruk dan pelaku keburukan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوءِ فِي دَارِ الْمُقَامَةِ
Allahumma inniy a’uudzubika min yaumis suu’i, wa min lailatis suu’i, wa min saa’atis suu’i, wa min shaahibis suu’i, wa min jaaris suu’i fiy daaril muqaamah.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hari yang buruk, dari malam yang buruk, dari waktu yang buruk, dari para pelaku keburukan dan dari tetangga yang buruk pada tempat (aku) bermukim).

Memohon perlindungan dari hilangnya nikmat dan kedatangan adzab

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Allaahumma inniy a’uudzubika min zawaali ni’matika wa tahawwali ‘aafiyatika wa fujaa’ati niqmatika wa jamii’i sakhathika
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, hilangnya kesehatan yang Engkau berikan, kedatangan adzabMu yang mendadak, dan semua kemurkaanMu).

Memohon perlindungan dari jeratan hutang dan genggaman musuh

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الْعَدُوِّ، وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
Allaahumma inniy a’uudzubika min ghalabatid daini, wa ghalabatil ‘aduwwi, wa syamaatahil a’daa’
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari jeratan hutang, genggaman musuh dan kegembiraan musuh-musuh (atas derita kami).

Memohon perlindungan dari kemungkaran akhlak

اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ الأَخْلاقِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَسْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ

Allaahumma jannibniy munkaraatil akhlaaq, wal ahwaa’, wal aswaa’, wal adwaa’


Ya Allah, hindarkanlah diriku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa-hawa nafsu, kejelekan-kejelekan dan penyakit-penyakit.